Teori Belajar Behavioristik, Konstruktivisme, Kognitif, Sibernetik dan Humanistik



Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar ini berorientasi pada perilaku yang lebih baik.

Prinsip Teori Belajar Behavioristik

Seperti Bapak/Ibu ketahui bahwa teori belajar behavioristik menekankan pada perubahan perilaku peserta didik. Namun, penerapan teori tersebut dalam pembelajaran harus mengacu pada prinsip yang ada. Menurut Mukinan, prinsip teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut.
Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan sudah belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak dianggap belajar menurut teori ini. Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa diamati. Hal-hal selain stimulus dan respon tidak dianggap penting karena tidak bisa diamati.
Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat respon. Penguatan bisa berupa penguatan positif dan negatif.

Hukum pada Teori Belajar Behavioristik

Hergenhahn dan Matthew menyatakan bahwa teori belajar ini mencakup empat hukum, yaitu sebagai berikut.
  1. Hukum Kesiapan, hukum kesiapan berarti bahwa kegiatan pembelajaran akan memberikan hasil yang diinginkan jika ada kesiapan, baik kesiapan oleh pendidik maupun peserta didik.Hukum latihan, hukum latihan memiliki arti bahwa semakin banyak latihan, semakin besar peluang untuk berhasil. Artinya, kegiatan pembelajaran akan berhasil jika peserta didik dibiasakan untuk latihan secara kontinu dan terukur.
  2. Hukum Efek, berarti bahwa efek yang dirasakan oleh peserta didik setelah belajar akan memotivasi dirinya untuk terus belajar. Contohnya, seorang peserta didik mendapatkan hadiah berupa buku paket Matematika karena berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian tulis Matematika. Efek yang dirasakan adalah bangga dan bahagia. Efek itu diharapkan bisa memotivasi peserta didik tersebut untuk terus belajar.
  3. Hukum Sikap, berarti sikap yang terbentuk setelah melakukan pembelajaran. Perubahan sikap dipengaruhi oleh hal-hal yang ia dapatkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar ini dianggap sudah kuno oleh sebagian kalangan. Namun, sampai saat ini teori ini masih sering digunakan di Indonesia. Memangnya, apa ciri yang membedakan teori ini dengan teori belajar yang lain?
  1. Mengutamakan pengaruh lingkungan.
  2. Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.
  3. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon.
  4. Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya meminta maaf.
  5. Menganggap latihan itu adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran.
Contoh Penerapan Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari beberapa contoh berikut.
  1. Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai materi sederhana sampai kompleks.
  2. Selama mengajar, guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi.
  3. Jika guru menjumpai adanya kesahalan, baik pada materi maupun pada peserta didik maka akan segera diperbaiki.
  4. Guru lebih aktif memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan.
  5. Guru memberikan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
  6. Guru harus mampu memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif dan negatif.
  7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
Produk yang dibuat oleh manusia selalu memiliki dua sisi yang saling berkebalikan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan teori belajar behavioristik. Adapun kelebihan dan kekurangan teori belajar ini adalah sebagai berikut.
  1. Kelebihan, peserta didik dibiasakan untuk latihan dan praktik yang di dalamnya memuat unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Mampu mendorong peserta didik untuk berpikir linier dan konvergen. Memudahkan peserta didik untuk mencapai suatu target tertentu dalam pembelajaran.
  2. Kekurangan, membatasi kreatifitas, produktifitas, dan imajinasi peserta didik.Pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga peserta didik terkesan pasif. Berpotensi menimbulkan hukuman verbal dan fisik, seperti memberi hukuman peserta didik yang melanggar aturan atau bahkan menjewer. Hukuman semacam itu justru bisa berakibat buruk pada perubahan perilaku peserta didik. Timbul kesulitan untuk menjelaskan kondisi belajar yang kompleks karena hanya beracuan pada stimulus dan respon.



Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

Pengertian teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan kegiatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) dapat memacu siswa untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan turut meningkat. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan teori belajar konstruktivisme. Hill memberikan pengertian bahwa teori belajar konstruktivisme adalah tindakan mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari seseorang. Shymansky mengatakan bahwa teori belajar konstruktivisme merupakan aktivitas yang aktif, ketika siswa melatih sendiri pengetahuannya, mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide baru dengan kerangka berpikir sendiri.

Tujuan Teori Konstruktivisme
  1. Untuk membantu siswa dalam memahami isi dari materi pembelajaran.
  2. Untuk mengasah kemampuan siswa untuk selalu bertanya dan mencari solusi atas pertanyaannya.
  3. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep secara komprehensif.
  4. Untuk mendorong siswa untuk menjadi pemikir aktif.
Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
  1. Melatih siswa supaya menjadi pribadi yang mandiri dan mampu memecahkan masalah.
  2. Menciptakan kreativitas dalam belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif.
  3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan terlibat langsung dalam melakukan kegiatan.
  4. Menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa karena memiliki kebanggaan dapat menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari dan siswa juga merasa bangga dengan hasil temuannya.
  5. Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.
Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
  1. Sulitnya mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur menggunakan pendekatan tradisional selama bertahun-tahun.
  2. Dalam penerapan teori belajar konstruktivisme, Guru harus memiliki kreativitas dalam merencakan pelajaran dan memilih atau menggunakan media. Guru yang malas dan tidak mau berkembang akan sulit menerapkan teori belajar Konstruktivisme
  3. Siswa dan orang tua memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan mengajar yang baru.
Langkah-Langkah Menerapkan Teori Belajar Konstruktivisme
  1. Guru harus mampu membentuk pemikiran siswa bahwa bekerja secara mandiri akan menghasilkan kegiatan belajar yang lebih bermakna.
  2.  Mengembangkan kegiatan inkuiri di semua topik pembelajaran.
  3. Memunculkan rasa keingintahuan siswa terhadap suatu permasalahan melalui bertanya.
  4. Membentuk masyarakat belajar atau belajar dengan kelompok-kelompok tertentu.


Pengertian Teori Belajar Kognitif

Piaget dalam Lefudin (2017) menyebutkan teori Belajar Kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana faktor internal dan eksternal mempengaruhi proses mental individu untuk melengkapi pembelajaran. Teori Belajar Kognitif berfokus pada penggunaan unsur kognitif dalam proses belajar. Sebenarnya teori ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran behavioristik yang memandang bahwa perubahan perilaku seseorang dapat diamati dan diuji berdasarkan hal yang terlihat jelas. Aktivitas belajar individu ditekankan pada proses internal dalam berpikir yaitu pengolahan informasi. Ibaratnya pikiran kita itu seperti sistem dalam komputer, sedangkan logika untuk memproses informasi.

Dalam teori Kognitif, belajar bukan cuma sekadar interaksi antara stimulus dan respon, tapi juga melibatkan berbagai faktor yang ada dalam diri individu. Karena itu, teori Belajar Kognitif menekankan bahwa proses belajar meliputi kegiatan mental yang aktif dalam rangka mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Teori Belajar Kognitif lebih mementingkan proses daripada hasilnya. Pembelajaran kognitif merupakan gaya belajar aktif yang fokusnya memaksimalkan potensi otak. Melalui metode ini, peserta didik bisa lebih mudah menghubungkan informasi baru dengan ide-ide yang sudah ada. Secara umum, prinsip-prinsip dasar teori Belajar Kognitif antara lain:
  1. Belajar merupakan suatu bentuk perubahan akan informasi pengetahuan.
  2. Pembelajaran berfokus pada cara bagaimana peserta didik memperoleh, memahami, dan menyimpan informasi dalam ingatannya.
  3. Pembelajaran menekankan pada proses berpikir yang kompleks.
  4. Kegiatan belajar mengajar melibatkan keaktifan peserta didik untuk membangun pengalaman belajar.
  5. Hasil pembelajaran tidak hanya bergantung pada informasi yang diberikan guru, tapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.
Komponen Pembelajaran Kognitif

Kalau pembelajaran tradisional mengutamakan hafalan, pembelajaran kognitif berusaha meningkatkan pemahaman dan penguasaan peserta didik akan materi. Dalam prosesnya, pembelajaran kognitif meliputi tiga komponen dasar yaitu pemahaman, memori, dan penerapan.

Agar pembelajaran kognitif berjalan efisien, siswa harus punya pemahaman tentang alasan mempelajari suatu materi sejak awal pembelajaran. Nah, di sini peran Bapak dan Ibu Guru untuk menjelaskan tujuan pembelajaran di awal.

Pembelajaran kognitif membantu proses informasi tersusun secara rapi dan runtut dalam memori atau ingatan. Selanjutnya, strategi pembelajaran kognitif yang baik dapat membantu peserta didik untuk menerapkan informasi atau keterampilan baru dalam berbagai situasi di kehidupannya. Secara tidak langsung, kemampuan mereka untuk memecahkan masalah akan terus berkembang.

Kelebihan Teori Belajar Kognitif
  1. Dengan menerapkan teori Belajar Kognitif, pemahaman peserta didik untuk memperoleh informasi baru akan meningkat.
  2. Secara tidak langsung, teori ini juga bantu meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam melaksanakan sebuah tugas.
  3. Meningkatkan kemampuan belajar seumur hidup. Di tahap pembelajaran selanjutnya, peserta didik bisa membangun ide-ide dan menerapkan konsep-konsep baru untuk pengetahuan yang sudah ada.
  4. Peserta didik memiliki bekal keterampilan yang mereka butuhkan untuk belajar secara efektif. Dengan begitu, peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
  5. Melalui teori Belajar Kognitif, peserta didik memiliki kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru secara lebih cepat dengan memaksimalkan ingatan.
  6. Penerapannya dapat membantu peserta didik dalam mengkreasikan hal-hal baru atau menginovasi hal-hal yang sudah ada menjadi lebih baik.
Kekurangan Teori Belajar Kognitif
  1. Teori Belajar Kognitif menekankan pada kemampuan memori peserta didik, sehingga kapasitas daya ingat mereka disamaratakan.
  2. Cara peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya tidak terlalu diperhatikan karena pada dasarnya masing-masing dari mereka memiliki cara yang berbeda-beda.
  3. Jika kegiatan belajar mengajar hanya menerapkan metode kognitif, kemungkinan besar peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya tentang materi yang diberikan. Penerapan metode ini bisa digabungkan dengan teori belajar
Contoh Penerapan Teori Belajar Kognitif

Dalam menerapkan teori Belajar Kognitif, Bapak dan Ibu Guru perlu fokus pada proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitif mereka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan, serta merefleksikan diri agar dapat membantu mereka dalam memahami proses mental. Contoh kegiatan yang bisa Bapak dan Ibu Guru lakukan dalam pembelajaran kognitif antara lain:
  1. Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
  2. Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan pertanyaan.
  3. Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk mengembangkan cara berpikir kritis.
  4. Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka miliki.
  5. Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa terhubung.
  6. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan permainan dalam menyampaikan materi.


Pengertian Teori Belajar Sibernetik

Teori sibernetik merupakan salah satu teori belajar yang menyatukan antara teori dan praktik seperti pada Laboratorium Komputasi. Teori belajar sibernatik adalah teori belajar yang menganggap bahwa komputasi tidak hanya dapat digunakan untuk mengolah data, membuat database, presentasi, dan alat komunikasi, tetapi dapat juga digunakan sebagai suatu alat untuk memancing dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik untuk menciptakan dan membangun pengetahuan baru peserta didik (Thobroni, 2015, 168).

Dalam teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi adalah pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, sistem informasi dipandang sangat memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan eksternal.
  1. Kondisi internal siswa yang mempengaruhi proses belajar melalui proses pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam mengelola pembelajaran yaitu kemampuan awal peserta didik, motivasi, perhatian, persepsi, ingatan, lupa, retensi, transfer.
  2. Kondisi eksternal yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar dengan proses pengolahan informasi antara lain kondisi belajar, tujuan belajar, pemberian umpan balik.
Teori Pemrosesan Informasi

Berdasarkan teori Snowman, Baine, dan Tennyson ada beberapa komponen dasar dalam mengolah informasi, yaitu:
  1. Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
  2. Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberikan perhatian (attention) oleh individu.Working memory mempunyai karakter yaitu hanya memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.
  3. Long Term Memory berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan jika sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Kelebihan Pembelajaran Sibernetik

Menurut Husamah & Pantiwati (2016, hlm. 175) kelebihan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar sibernetik adalah sebagai berikut.
  1. cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol,
  2. penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis,
  3. kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap,
  4. adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai,
  5. adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya,
  6. kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu,
  7. balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Kekurangan Teori Belajar Sibernetik

Kekurangan metode pembelajaran sibernetik yaitu terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar. Metode ini bisa terwujud apabila peserta didik dapat mengolah informasi, memonitor, dan menyusun strategi mengenai segala informasi yang diperoleh.

Penerapan Teori Sibernetik

Berdasarkan berbagai uraian di atas, kita dapat menerapkan teori sibernetik dalam suatu dengan mengikuti beberapa langkah di bawah ini.
  1. Menentukan tuuan instruksional.
  2. Menentukan materi pelajaran.
  3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi yang akan disampaikan
  4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan informasi (algoritmik/heuristik).
  5. Menyusun materi dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
  6. Menyajikan materi dan membimbing peserta didik belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan pelajaran (sistem informasi).

Pengertian Teori Belajar Humanistik

Teori humanistik atau sering juga disebut teori belajar humanistik adalah satu dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga pengajar lainnya. Secara garis besar teori belajar humanistik adalah teori belajar bertujuan menghasilkan hal baik bagi kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi diri dan membuat orang mampu mengenali diri sendiri.

Teori belajar humanistik juga menyatakan bahwa manusia berhak mengenali dirinya sendiri sebagai langkah untuk belajar, sehingga diharapkan mampu mencapai aktualisasi diri. Itulah mengapa, teori ini beranggapan bahwa proses belajar dinilai lebih penting daripada hasil belajar itu sendiri.

Tujuan Teori Belajar Humanistik

Pada prinsipnya, tujuan teori belajar humanistik adalah memanusikan manusia, sehingga seorang individu bisa lebih mudah dalam memahami diri dan lingkungannya untuk mencapai aktualisasi dirii. Jika merujuk pada tujuan ini, seorang pendidik harus mampu mengarahkan (menjadi fasilitator) tanpa ikut campur terlalu mendalam pada proses pengendalian diri peserta didik, sehingga diharapkan bisa tercapai tujuan pembelajaran.

Ciri dari Teori Belajar Humanistik

Suatu teori belajar dikatakan humanistik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Menekankan pada aktualisasi diri individu (manusia sebagai sosok individu yang bisa mengeksplorasi dirinya).
  2. Proses merupakan hal penting yang menjadi fokus belajar.
  3. Melibatkan peran aspek kognitif dan afektif.
  4. Mengedepankan pengetahuan atau pemahaman.
  5. Mengedepankan bentuk perilaku diri sendiri.
  6. Tidak ada yang berhak mengatur proses belajar setiap individu.
Prinsip Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini memiliki prinsip yang tidak jauh-jauh dari manusia itu sendiri, yaitu sebagai berikut :
  1. Setiap manusia memiliki nalar untuk belajar secara alamiah.
  2. Belajar terasa sangat bermanfaat jika memiliki relevansi dengan maksud tertentu.
  3. Proses belajar bisa mengubah persepsi seseorang akan dirinya.
  4. Makna belajar akan terasa jika dilakukan oleh diri sendiri.
  5. Setiap pembelajar harus mampu menumbuhkan kepercayaan dirinya.
  6. Belajar sosial tentang proses belajar itu sendiri.
Kelebihan Teori Belajar Humanistik
  1. Menekankan pada pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap setiap individu.
  2. Bisa menumbuhkan minat seseorang untuk terus belajar.
  3. Menjadikan seseorang memiliki pengalaman yang berarti.
  4. Menumbuhkan kreativitas individu.
  5. Bisa mengubah sikap dan pola pikir individu.
  6. Semakin lama, seseorang pembelajar bisa mencapai aktualisasi dirinya dengan baik.
Kekurangan Teori Belajar Humanistik
  1. Proses belajar bisa gagal jika tidak ada kesungguhan dari setiap individu.
  2. Bisa memunculkan sikap individualisme.
  3. Peran pendidik menjadi terbatas karena hanya sebagai fasilitator.
  4. Bisa memicu kesenjangan keberhasilan setiap individu jika terdapat sebagian individu yang sulit untuk mengenali potensi dirinya.
  5. Tidak bisa dijadikan metode pembelajaran secara praktis.
  6. Guru tidak boleh lelah dalam memotivasi peserta didiknya.
Langkah dan Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Sebagai seorang guru, Bapak/Ibu adalah orang yang paling tepat menerapkan teori ini pada para peserta didik, dengan berpedoman pada langkah-langkah berikut.
  1. Menentukan terlebih dahulu tujuan pembelajaran.
  2. Merumuskan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  3. Melakukan identifikasi awal terhadap kemampuan setiap siswa.
  4. Melakukan analisis topik untuk mengidentifikasi kemungkinan keikutsertaan peserta didik pada pembelajaran tersebut.
  5. Membuat rancangan fasilitas belajar.
  6. Memberikan bimbingan agar peserta didik bisa belajar secara aktif.
  7. Mendorong peserta didik untuk memahami makna dari pengalaman selama belajar.
  8. Memberikan bimbingan tentang konseptualisasi pengalaman yang diperoleh dari hasil belajar.
  9. Memberikan bimbingan pada peserta didik untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  10. Mengadakan evaluasi kegiatan pembelajaran.
Bapak/Ibu harus memahami bahwa peran guru pada teori belajar humanistik hanya sebagai fasilitator. Untuk mengaplikasikan teori pembelajaran ini, tugas fasilitator adalah sebagai berikut.
  1. Memerhatikan dan memberikan motivasi belajar pada para peserta didik.
  2. Jika peserta didik belum memahami tujuan pembelajaran, guru bisa memberikan penjelasan kembali.
  3. Guru harus bisa memahami karakter setiap peserta didik yang diampunya.
  4. Menyediakan sumber belajar, baik buku, media visual, maupun audio.
  5. Tetap menjalin komunikasi dengan peserta didik agar kondisi pembelajaran tetap terkontrol.
  6. Selalu memberikan dorongan pada peserta didik agar lebih peka dan kreatif.
  7. Mengondisikan suasana belajar tetap kondusif.
  8. Memacu keaktifan peserta didik.

Sumber :

Gramedia.com
Quiper.Com
Teori Belajar Behavioristik, Konstruktivisme, Kognitif, Sibernetik dan Humanistik Teori Belajar Behavioristik, Konstruktivisme, Kognitif, Sibernetik dan Humanistik Reviewed by Yunda Anugrah Putri on Mei 08, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.